Minggu, 18 September 2011

RAGAM MOTIF HIAS JAWA DAN BALI PADA PEMBUATAN KERAJINAN BAMBU

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN


A.    Teori
Ragam hias untuk sesuatu benda pada dasarnya merupakan sebuah pedan dan make up yang diterapkan guna mendapatkan keindahan atau kemolekan yang dipadukan. Ragam hias itu berperan sebagai media untuk mempercantik atau menggunakan suatu karya (Soegeng, 10:1987).
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil bambu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir bambu dan menganyam. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Ditinjau dari kegunaan, bambu dapat golongkan sebagai bahan pokok untuk kerajinan. Jadi, tidak mengherankan jika negara- negara yang menghasilkan bambu secara intensif telah mengadakan penyelidikan untuk kerajinan tangan dan industri rakyat (Soedjono, 2:1994)

B.     Pengertian
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Arti yang lain ialah usaha yang berterusan penuh semangat ketekunan, kecekalan, kegigihan, dedikasi dan berdaya maju dalam melakukan sesuatu perkara
Motif adalah pola, corak dalam suatu karya. Sedangkan bambu adalah tumbuhan berakar serabut yang batangnya beruas- ruas, keras dan tinggi.

C.    Kutipan Pembahasan
Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja psychomotoric-skill. Maka, Keterampilan Kerajinan berisi kerajinan tangan membuat (creation with innovation) benda pakai dan atau fungsional berdasar asas form follow function.
1.    Teknik
a.       Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu maupun bambu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
b.      Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.


a)      Motif Wajit
b)      Motif Siku-siku
c)      Motif Daun-daunan
d)     Motif Garis-garis
e)        Motif Burung-burungan
f)         Motif Pucuk rebung
g)        Motif Kelopak Bunga
h)        Motif Gabungan Bunga dan Siku



2.    Beberapa sifat garis
a.         Tegak melengkung/ lentur   : kelelahan, kesusahan
b.        Horizontal                            : memberi kesan ketenanga, istirahat, diam
c.         Benturan diagonal               : peperangan, kebencian, kebingungan
d.        Air terjun                             : kemerdekaan/ kebebasan absolut
e.         Lengkungan berirama          : menggembirakan, berirama molek
f.         Garis spiral                           : perputaran, kelahiran, berpusat
g.        Vertikal                                : stabil, kemuliaan, kokoh/ tegar
h.        Horizontal Berirama            : kemalasan, bersenandung
i.          Radiasi                                 : letupan, letusan, spontan, permusatan
j.          Diagonal                              : bergerak, labil
k.        Zig- zag                                : kegairahan, semangat
l.          Mencuat                               : semuanya, kebangkitan,  menerjang ke atas
m.      Perspektif mengecil             : perluasam, pelebaran, tebal
n.        Perspekif terbalik                 : berat, menyerang
o.        Piramida                               : berkekuatan, berbobot, tegar
p.        Lengungan memusat            : gembiran, mengembang
q.        Lengkungan kubah              : kekerasan, berat, kekuatan
r.          Meliuk- liuk                         : semuanya, olakan kertas, kebangkitan
s.         Lengkungan Gothik             : meninggi, keagamaan
t.          Lengkungan mengembang   : ceria, fantastis, kegembiraaan

3.    Motif- motif Ukir di Pulau Jawa dan Bali  
a.      Motif Semarang
Bentuk ukiran daun motif Semarangan ini menunjukkan kekhasan ke-Jawa-annya. Alur melengkung yang serba kelembutan ini sebagai simbol cermin kehidupan masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi etika kesopanan dalam berbagai segi kehidupan. Etika kesopanan masyarakat Jawa misalnya mengenai unggah ungguh yang berarti merupakan adab kesopanan dalam hubungannya dengan tatakrama terhadap orang tua, menghormati orang yang lebih tua, serta adanya toleransi dalam berbagai segi kehidupan. Cermin tersebut dapat divisualkan dalam bentuk karya seni ukir yang mengutamakan kelembutan bentuk karya. Masyarakat Jawa yang menghormati sesama maupun hubungan bangsa dan orang lain ini, secara alamiah dapat memunculkan kelembutan yang berupa relung-relung yang penuh dengan keanggunannya memunculkan bentuk daun yang dikombinasi (campuran). Motif ini tak mengenal huruf kaku, yang ada cuma keanggunan dan kelembutan. Gambar di atas dapat dicermati adanya kelembutan yang dimulai dari pangkal sampai dengan ujungnya kemudian di padu dengan daun-daun yang menempel tumbuh di kiri dan kanan daun pokoknya.

b.      Motif majapahit
Motif Majapahit merupakan salah satu motif ukiran tradisional yang telah berkembang di Jawa khususnya atau Nusantara pada umumnya. Secara garis besar motif Majapahit mempunyai ciri-ciri yang dapat dibagi menjadi dua yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus.
Ciri-ciri umum: Semua bentuk ukiran daun, bunga dan buah berbentuk melengkung cembung dan cekung. Dengan kata lain motif Majapahit mempunyai ciri-ciri secara umum mempunyai bentuk campuran antara yang cembung dan cekung.
Ciri-ciri khusus:
1.      Angkup, motif Majapahit mempunyai bentuk yang disebut dengan angkup. Angkup pada motif ini berbentuk cekung dan berikal. Bentuk ini terdapat pada bagian atas sedangkan pada ujung angkup terdapat ikal sebagai akhir dari angkup tersebut.
2.      Jambul Susun, merupakan salah satu ciri khas yang ada pada motif Majapahit. Jambul Susun terletak pada muka daun pokok dengan pengulangan bentuk yang berkali-kali. Sesuai dengan namanya Jambul Susun ini bentuknya tersusun secara berulang-ulang di depan agak ke atas pada daun pokoknya.
3.      Daun Trubus, pada motif Majapahit ini kebanyakan tumbuh di atas pada daun pokok. Trubus yang terdapat di atas ini jumlahnya juga mengalami pengulangan secara berkali-kali dengan jumlah yang tergolong banyak.
4.      Simbar, berbentuk seperti Simbar yang terdapat pada motif ukiran lainnya. Simbar juga berfungsi sebagai penambah keindahan saja. Bentuk ini memang bukanlah bentuk inti pada motif Majapahit. Simbar hanyalah sebagai pelengkap atau untuk sarana penunjang estetika. Biasanya terletak pada bagian pangkal depan dari daun pokok.
5.      Benangan, motif ini kadang-kadang mempunyai benangan rangkap di samping juga terdapat benangan garis. Benangan ini terdapat pada daun pokok bagian depan dimulai dari pangkal mengikuti alur lengkungan daun pokoknya menuju dan berakhir pada ulir/ukel.
6.      Pecahan, seperti halnya pada motif yang lain, pecahan pada motif Majapahit mempunyai dua jenis pecahan yaitu pecahan garis yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran. Sehingga bentuk Pecahan ini dapat menambah keindahan dan kecantikan pada ukiran.

 

d.      Motif Jepara
Ciri- ciri umum dan khusus ialah Bentuk –bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring. Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi beberapa lingkaran kecil.
Bentuk motif: 
1.      Daun Pokok, motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol. Bentuk ukiran daun pokok merelung-relung ini bila diiris berpenampang prisma segitiga.
2.      Bunga dan buah adalah pada motif Jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya.
3.      Pecah, pada motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar.
4.      keterangan: Ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Ukiran motif Jepara ini sering dipakai untuk menghias barang-barang kerajinan.

e.       Motif Yogyakarta  
Motif Yogyakarta ini merupakan motif khas tradisional Jawa yang menggunakan nama kerajaan yang berkembang di wilayah tersebut. Kerajaan Ngayogyakarta yang masih tetap eksis sampai saat ini, walaupun sekarang menjadi salah satu wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Kerajaan Yogyakarta ini merupakan kelanjutan dari kejayaan masa silam Kerajaan Mataram Islam dengan hasil seni budayanya yang sangat maju, baik berupa ukir, batik, keramik atau hasil budaya yang lain. Watak masyarakat Yogya mewakili watak masyarakat Jawa pada umumnya yang mengutamakan nilai moral yang tinggi berupa sopan santun, unggah ungguh dan budaya toleransi antar sesama, gotong royong, saling menghormati sesama manusia yang cukup kental dalam tata kehidupan kesehariannya.
Motif Yogyakarta ini terkenal dengan nama ukiran perak Yogya. Bentuk motif ini mengambil contoh dari unsur daun pakis. Ukiran daun pokok berelung-relung, lemah gemulai dengan bentuk daun cembung dan cekung yang tumbuh pada relung tersebut. Pada akhir relung ini sering tumbuh bunga yang mekar dengan indahnya. Bunga yang mekar ini memberikan simbol seorang gadis muda yang sedang mekar-mekarnya dan melambangkan pula masa awal perkembangan menuju suatu kemajuan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang haruslah punya cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan yang cerah.




f.        Motif Surakarta

Motif Surakarta ini mempunyai bentuk ukiran daun yang melengkung berirama seperti simbol yang terdapat pada masyarakatnya yaitu masyarakat yang ramah, bersahabat dan menghormati orang lain. Di samping itu, bentuk motif ini menggambarkan tipikal masyarakatnya terutama untuk wanita yaitu digambarkan dengan lengkungan yang lemah gemulai dengan dipenuhi kesantunan wataknya.
Bentuk ukiran daun motif Surakarta ini diambil dari relung daun pakis yang menjalar bebas berirama. Daun-daunnya berbentuk cembung dan cekung. Berarti dapat dimasukkan dalam kategori motif ukiran yang mempunyai bentuk stilasi daun campuran. Campuran maksudnya adalah stilasi daun yang ada di motif Surakarta merupakan hasil perpaduan antara bentuk cekung dan cembung. Corak motif Surakarta seolah-olah menggambarkan watak dan kepribadian sipenciptanya, di samping pengaruh yang ada di sekitarnya. Hal ini terlihat pada keindahan dan keharmonisan tata cara Surakarta yang terkenal halus dan lemah gemulai, sehingga ukiran daun pada motif ini pun kelihatan indah harmonis beserta simbol-simbol budaya yang menyertainya.

g.      Motif Pekalongan
Motif Pekalongan mempunyai bentuk ukiran daun campuran, yaitu pencampuran antara bentuk daun yang cembung dan bentuk yang cekung. Sebenarnya bentuk campuran dalam motif tradisional Jawa memang banyak ditemukan, baik dari motif Pekalongan maupun motif tradisional yang lainnya, memang beberapa ada yang konsekuen dengan kekhasan bentuknya sendiri.
1.      Benangan; Pada motif ini menyerupai benangan yang ada pada motif Pejajaran. Hanya pada beberapa bentuk kadang-kadang saja, benangan motif ini berbentuk daun.
2.      Sunggar; Motif Pekalongan mempunyai Sunggar bersusun berbentuk cembung yang sama bentuknya dengan Angkup.
3.      Pecahan; Pecahan garis terdapat pada daun pokok, sedangkan pecahan cawen terdapat pada daun yang cekung. Sehingga kelihatan sekali perbedaannya antara pecahan garis dengan pecahan cawen jika dilihat dari cekung cembungnya.

h.      Motif Pajajaran
Motif Pejajaran ini dapat ditinjau dari dua ciri yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus.
Ciri-ciri umum adalah mempunyai semua bentuk ukiran daun mulai dari daun pokok, daun patran, daun trubus, bunga, buah dan sebagainya berbentuk cembung (bulat).
Ciri-ciri Khusus
1.      Angkup
Motif Pejajaran ini mempunyai beberapa angkup yaitu:n
a)      Angkup besar pada daun pokok
b)      Angkup tanggung pada daun sedang
c)      Angkup kecil pada daun trubusan keci
2.      Cula; pada motif ini mempunyai bentuk tersendiri yaitu melengkung menghadap ke depan
3.      Endong; Bentuk ukiran yang tumbuh berdampingan di belakang daun pokok dengan ikal yang terdapat pada penghabisan ukiran daun endong tersebar.
4.      Simbar
Motif Pejajaran ini mempunyai simbar sebagai pemanis ukiran daun pokok dengan bentuk yang khas pula.
5.      Benangan
Benangan pada ukiran daun pokok berbentuk timbul seperti tangkai yang terdapat di muka ukiran daun pokok, sedangkan benangan garis terdapat pada ukiran daun yang masih muda.
6.      Pecahan
Pecahan garis berfungsi sebagai pemanis, menjalar pada daun pokok, dan pecahan cawen pada daun patran serta pecahan pada ukiran daun yang lain, terdapat pada motif ini.

i.        Motif Cirebon
Bentuk ukiran daun motif Cirebon ini berbentuk cembung dan cekung (campuran). Corak motif ukiran ini ada yang berbentuk karang adapula yang berbentuk awan, menyerupai ukiran Tiongkok. Ukiran corak ini kurang begitu dikenal, karena ukiran ini kebanyakan hanya dipakai untuk hiasan bangunan rumah saja.Untuk fungsi-fungsi yang lain memang jarang ditemukan, apalagi yang hanya berfungsi sebagai hiasan semata, hampir sama sekali tidak dijumpai. Kalaupun ditemukan hiasan di luar bangunan rumah, motif yang dijumpai tersebut bukanlah murni motif Cirebon, tetapi motif pengembangan dari motif Cirebon tersebut. Pencampuran yang semacam ini sudah tidak tergolong ke dalam motif ukir tradisional Jawa, tetapi termasuk ke dalam motif modern atau mungkin juga motif kontemporer.
BENTUK ANGKUP.
Motif Cirebon ini mempunyai angkup yang pada bagian ujungnya melingkari ikal daun patran, yang tumbuh dimuka daun pokok. Motif ini memang mempunyai bentuk angkup yang berbeda dengan bentuk angkup pada motif-motif tradisional lainnya. Bentuk ini bisa juga dikatakan sebagai bentuk kekhasan pada motif Cirebon ini.

4.    Fungsi Ukiran
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam manfaat antara lain:
a.       Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b.      Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c.       Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d.      Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e.       Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.